Saya sering pindah-pindah desktop sampai harus pindah distro, dari mulai Ubuntu (hampir semua varian sudah dicoba), Debian, Crunchbang, openSuSE, Fedora, Manjaro, Puppy Linux, Arch, dan masih banyak yang lupa apa saja, mungkin masih ada 5 yang belum kesebut, entahlah.

Setelah baca tulisan ini https://restava.wordpress.com/2015/06/19/anda-berani-memilih/, akhirnya sadar, bahwa pindah-pindah distro itu melelahkan, harus install lagi, harus install lagi, install lagi, belum lagi konfigurasi ini itu, belum lagi ngatur ini itu, emang gak capek?

Terus, sudah mengambil keputusan? Oh sudah, saya memutuskan untuk menetap di Arch Linux. Tepuk tangan dulu dong..!

[caption id="attachment_3994" align="alignnone" width="338"]Tepuk tangan! Tepuk tangan![/caption]

Kenapa, Ada Apa dengan Arch?

  1. Cara install-nya gak biasa, entah kenapa suka sama cara install arch yang sudah jarang ditemukan di distro modern, yep, text mode, install via terminal.
  2. Rolling Stones Release, jadi kalau nanti ada major update, gak perlu install baru atau nimpa versi sebelumnya, cukup update seperti biasa pake sudo pacman -Syu.
  3. Wiki lengkap, solving di forum juga sudah banyak, bahkan saya sering menemukan solusi dari forum arch untuk masalah yang ditemukan di distro lain.
  4. AUR atau ArchLinux User Repository, sebuah repository yang dikelolah oleh komunitas, isinya cukup lengkap, bahkan kemarin saya install atom dari AUR ini. Yang saya suka dari AUR dibanding PPA adalah, saya tidak perlu menambahkan repository list baru untuk masing-masing developer, misal saya pengen install atom editor, kalau di Ubuntu, saya harus begini dulu
    sudo add-apt-repository ppa:webupd8team/atom
    sudo apt-get update
    sudo apt-get install atom

    kalau via aur, cukup begini

    yaourt atom-editor

    lalu pilih paket yang mana yang akan di-install, karena dalam beberapa kasus, ada lebih dari satu paket yang dikelola oleh tim yang berbeda, atom-editor aja ada dua pilihan.
    Perlu diingat, install dari AUR dengan perintah yaourt tidak boleh menggunakan sudo di awal, kalau nanti di pertengahan proses minta password, isikan di situ.

  5. Stabil, ringan, dan up-to-date. Yoi, ini stabil, jarang saya nemu pesan error ketika login ke desktop, atau tiba-tiba freeze gak jelas karena kehabisan resource, jika dibandingkan dengan distro Ubuntu, Arch lebih stabil saya rasa. Dan nilai lebihnya, perangkat lunak yang tersedia di pacman dan aur up-to-date, jadi tidak perlu menunggu terlalu lama atau mengambil resiko menggunakan repo testing / beta untuk penggunaan harian jika ingin mencoba perangkat lunak versi baru.

Hindari Install Arch Linux Jika

  1. Tidak punya koneksi internet dan tidak punya panduan instalasi, misal dicetak atau browsing di HP. Oh iya, punya device cadangan yang terkoneksi internet itu wajib, karena kalau ada masalah, kita bisa browsing di device cadangan untuk cari solusi.
  2. Baca lagi point di atas.