Ini udah puasa ke berapa ya tinggal di Yogyakarta? Mungkin ke-5, dan saya merasa tentram karena di sini masyarakat asyik-asyik aja menyambut Ramadhan, maksudnya gini, gak ada orang-orang yang ribut rame-rame minta warung burjo atau angkringan tutup di siang hari, jarang sih memang ankringan buka siang hari, konflik dikit saya rasa ada, tapi gak sampe jadi viral di media sosial.

Baru hari ke-7 puasa, internet udah rame, dari mulai ibu-ibu yang warungnya digerus Satpol PP di Serang yang ajaibnya bisa menggugah hati masyarakat sampe bikin campaign donasi untuk warung yang ditutup paksa, gak nanggung bisa ngumpulin seratus juta lebih! Salut buat inisiatornya.

Ditambah lagi sekarang ada yang ributin masalah spanduk yang dibikin (agaknya sih) sama NU dan Polres Jatim yang bunyinya "Untuk Kualitas Puasa yang Super !!! HORMATI ORANG YANG TIDAK PUASA" yang dianggap sebuah 'penghianatan' bagi yang berpuasa. Aneh.

Kalau saya ya, ngeliat warung makan buka siang hari ya seneng, berarti masyarakat tidak memaksa yang gak wajib puasa ikut-ikutan dipaksa puasa, lah mereka mau makan apa? Ada temen yang gak puasa makan depan saya yang lagi puasa ya seneng, berarti mereka tidak 'takut' sama saya yang lagi puasa. Takut saya gampar atau dia takut saya malah ikut nimbrung makan, misal.

[caption id="attachment_4189" align="alignnone" width="720"]Ini posternya. Ini posternya.[/caption]

Speechless saya.

Pendapat saya sih gini, di Q.S. Al-Baqarah ayat 183 dijelaskan bahwa puasa itu bertujuan untuk kita agar lebih bertaqwa, bukan begitu, bukan?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Sudah jelas bunyi لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ "la'allakum tattaquun" bukan "la'allakum tutup warung", agar kamu menjadi orang yang bertaqwa, bukan agar kamu menjadi orang yang nutup warung. Saya sih sebenernya gak mau bahas lebih jauh dengan bawa dalil Al Qur'an, pengennya bahas dari sisi kemanusiaan karena kebanyakan sekarang kita sering ribut sama manusia lain, tapi kalau kata Imam Ghazali, puasa itu ada 3 tingkatan,

  1. Puasanya orang awam, yang mana puasanya itu cuma sebatas nahan lapar dan nahan haus sama menjaga syahwat. Ini tingkatan puasa paling rendah menurut Imam Ghazali.
  2. Puasanya orang khusus atau puasa Shalihin (orang-orang shaleh), selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. Ini puasa tingkatan menengah, menurut Imam Ghazali lho.
  3. Puasa khusus dari orang-orang khusus (saya agak bingung jelasin maksudnya), tapi intinya puasa ini selain puasa-puasa di tingkatan di bawahnya, ditambah lagi puasa bathin, puasa hati, puasa dari kepentingan duniawi, dan menghindari hal-hal yang bisa membuat kita berpaling dari Allah s.w.t, agak mustahil sih buat kita. Kata Imam Ghazali, puasa ini adalah puasanya para Nabi , Shiddiqqiin, dan Muqarrabin.

Sekarang, kalau kita lagi puasa, terus liat warung makan buka di siang hari lalu bawaannya pengen nutup itu warung, kita lagi puasa apa nahan lapar doang? Terus kalau liat orang lagi makan karena mereka tidak diwajibkan puasa, terus kita malah gatel pengen nampol atau ngusir itu orang dari hadapan kita, kita lagi puasa apa nahan lapar doang?

Jawab aja sendiri, jangan tanya saya. Apalah saya mah puasa aja masih suka ngerasa lapar sama haus.