Beberapa teman sudah lulus kuliah, tinggal saya kapan lulusnya? Setelah lulus kuliah dan mendapat gelar sarjana, biasanya hal pertama kali dilakukan adalah melamar pekerjaan, bagi teman yang ingin melanjutkan kerja dan berkarir sesuai minatnya.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk berbagi pengalaman ketika dulu saya di-_interview_ oleh beberapa perusahaan, baik yang berhasil diterima oleh perusahaan tersebut maupun yang gagal. Karena surat lamaran dan CV saja tidak cukup sebagai jaminan kita bisa diterima bekerja di sebuah perusahaan. Begitu.

Mungkin teman-teman sudah banyak membaca, mengulas, bahkan menonton tips-tips interview kerja baik dari orang-orang dari tim HRD maupun orang yang sudah lebih dulu bekerja di sebuah perusahaan. Boleh lah saya ikut meramaikan.

Hal-hal yang Sebaiknya dilakukan Saat Interview

Gunakan Pakaian yang Nyaman dan Sopan

Beberapa kali interview, saya selalu mengenakan pakaian yang nyaman saya kenakan, dan juga sopan untuk bertemu dengan interviewer. Sebelum menentukan akan mengenakan pakaian seperti apa, coba cari tahu terlebih dahulu budaya kerja di perusahaan tersebut dan sesuaikan dengan mereka, ini disebut sebagai Culture Fit.

Pengalaman saya, saya biasa mengenakan kemeja, celana jeans yang rapih dan tidak belel, sepatu kets karena perusahaan-perusahaan saya bergerak di industri digital dan kreatif yang tidak dituntut untuk mengenakan celana bahan dan pantofel.

Kemungkinan perusahaan tersebut lebih bebas dan bisa mengenakan kaos oblong, dan mungkin juga akan ada pertanyaan “Rapih banget pakaiannya”, saya akan menjawab “Baru selesai kelas di kampus” dan mereka akan mengerti.

Berbeda jika saat menerima undangan interview, perusahaan tersebut sudah menyebutkan dresscode yang harus dikenakan.

Kuasai Diri

Grogi sudah pasti muncul saat interview, tapi untuk tetap bersikap tenang dan luwes akan menunjukkan kalau kita adalah seorang pejuang tangguh yang tidak mudah ditekan. Menguasai diri sendiri saat ngobrol juga menghindari kita dari tragedi salah ucap atau salah jawab yang berakibat gagalnya interview.

Tatap Mata Pewawancara

Ketika seorang mentalis berkata “TATAP MATA SAYA” kemungkinan dia sedang mewawancara lawan bicaranya, ya gak mas Deddy?

Saat Pewawancara bicara atau bertanya, tatap matanya dengan tatapan netral, normal, dan jangan dilebih-lebihkan. Begitu pula saat kita menjawab pertanyaan, menjelaskan sesuatu. Dengan cara menatap mata, kita akan lebih mudah membaca ekspresi dari lawan bicara, dan ini akan lebih mudah untuk mengirimkan-menerima pesan dan menilai lawan bicara.

Hindari main mata, mengedipkan mata sebelah kecuali memang kelilipan, melihat ke langit-langit atau ke lantai, beneran.

Minta Waktu untuk Memikirkan Jawaban

Biasanya, kita akan ditanya berbagai macam pertanyaan, termasuk pengetahuan kita di bidang pekerjaan yang kita lamar. Ketika pertanyaan tersebut terasa sulit untuk dijawab, mintalah waktu untuk berpikir dan hindari bergumam seperti “Hmmmmm….”, “Mmmmmm…..”, “Eeeeengggg….”.

Meminta waktu untuk memikirkan sebuah jawaban adalah hal baik, ini bukan berarti kita tidak memiliki pengetahuan, tapi tanda kalau kita bisa berpikir dan bukan orang yang gegabah.

Minta Feedback atas Jawaban yang Kita Berikan

Mungkin kamu akan merasa ragu ketika menjawab sebuah pertanyaan, tanyakan juga bagaimana pendapat mereka tentang jawaban yang kita berikan, tidak usah takut dicap sebagai orang yang tidak tahu apa-apa, justru hal ini membuktikan kalau kita adalah orang yang bisa menerima kritik, saran dan pengetahuan baru.

Tanyakan Benefit atau Tunjangan yang Akan Kita Dapat

Ada beberapa orang yang tidak menyarankan hal ini, karena menganggap kalau kita akan dicap sebagai orang yang mata duitan, kerja saja belum sudah tanya tunjangan. Katanya.

Asal ditanyakan pada saat yang tepat, pertanyaan ini wajib ditanyakan kepada pewawancara:

  • Jenis ikatan kerja, apakah menjadi pekerja tetap atau pekerja kontrak
  • Tunjangan Kesehatan, bisa berupa
    • BPJS
    • Asuransi Kesehatan Swasta
    • Reimbursement Biaya Kesehatan
    • Coverage dari Asuransi dan Tunjangan Kesehatan
  • Tunjangan Cuti
    • Cuti Tahunan
    • Cuti Sakit
    • Cuti Khusus, seperti:
      • Cuti Tidak Berbayar
      • Cuti Menikah
      • Cuti Melahirkan (Suami dan Istri)
  • Tunjangan Perjalanan Bisnis
  • Tunjangan Lembur
  • Pengembangan Diri
  • Pengembangan Keterampilan
  • Training
  • dll

Kenapa kita harus bertanya tentang tunjangan? Karena kita ingin bekerja dengan tenang, tidak perlu pusing-pusing sendirian untuk sekedar memikirkan “kalau nanti aku sakit, biayanya dari mana?” dan sebagainya.

Beberapa perusahaan mungkin memberikan tunjangan yang berbeda untuk posisi atau tugas yang berbeda. Misal perusahaan saya dulu memberikan tunjangan pulsa karena saya sering sekali menghubungi rekan-rekan perusahaan.

Tanyakan Jenjang Karir

Ini biasanya luput kita tanyakan saat interview, kejelasan jenjang karir itu sebuah keharusan saat kita bekerja, kita tidak ingin selamanya ada di posisi paling bawah, bukan? Tanyakan, dengan posisi yang kita lamar saat itu, bagaimana jenjang karirnya, apa saja potensi peningkatan karir yang bisa kita dapatkan.

Jangan Tanyakan Gaji

Menanyaka gaji adalah hal tabu, karena gaji adalah hasil dari evaluasi berbagai proses yang telah kita lalui. Kemungkinan kita akan ditanyakan ekspektasi gaji, atau gaji harapan dan kita bisa mengajukan angka sesuai dengan kemampuan dan keadaan lingkungan. Tapi secara eksplisit bertanya “Berapa saya akan mendapatkan gaji di sini?” adalah hal bodoh.

Akan ada saat dimana kita ditawarkan gaji menurut dari penilaian pewawancara dan hasil dari berbagai proses yang kita lalui, disitu kita bisa menerima angka gaji tersebut atau negosiasi ulang dengan berbagai pertimbangan. Saya pernah negosiasi gaji dengan pertimbangan kenaikan BBM yang akan memicu kenaikan biaya hidup.

Culture Fit

Pewawancara akan melakukan Culture Fit kepada kita, menilai apakah kita cocok dengan budaya kerja di tim mereka atau tidak. Budaya atau bahasa kerennya culture memang bisa dibentuk, tapi butuh proses yang tidak sebentar dan tidak mudah. Apalagi biasanya sebuah perusahaan menginginkan orang yang sudah cocok dengan budaya kerja mereka, kalaupun harus adaptasi, proses tersebut tidak akan memakan biaya yang besar.

Biasanya dalam culture fit ini, kita yang diwawancara tidak melakukan hal yang sama kepada perusahaan, kita langsung nrimo padahal kita sendiri mengetahui kalau budaya kerja di perusahaan tersebut kemungkinan tidak akan cocok dengan kita, walaupun perusahaan tersebut merasa kita cocok dengan mereka.

Pengalaman saya dalam culture fit ini, saya menolak untuk bergabung dengan tim sebuah perusahaan hanya karena saat bekerja, kita wajib menggunakan pakaian berkerah, dan saya tidak cocok dengan budaya kerja seperti itu, karena menurut saya pekerjaan yang akan saya lakukan membutuhkan kenyamanan saat bekerja untuk mengurangi distraksi dan stress. Percaya atau tidak, kerah bisa menjadi sumber distraksi ketika beban kerja meninggi.

Jangan Lupa Jabat Tangan

Setelah selesai sesi wawancara, jabat tangan setiap orang yang hadir di ruangan dengan sikap tegas, lugas, tidak ngoyo dan tidak lemas untuk menandakan bahwa kita orang yang selalu enerjik dan memiliki energi positif.

Istilahnya “shake hand firmly”.


Begitulah, beberapa hal yang bisa saya bahas dan bagikan pengalaman-pengalaman saya walaupun masih banyak yang bisa kita bahas. Kuncinya adalah

Seberapapun kita desperate untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, jangan sampai kita terlihat putus asa dan harus tetap tinggi hati, dan jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena kita salah memilih dan salah mengambil keputusan.

Sekian.