Pengalaman Kerja di Startup
Rezeki anak agak sholeh, saya dapet tempat kerja baru yang . . . lagi-lagi startup. Sebelumnya saya kerja di The Most Emerging Startup in Indonesia, lalu memutuskan untuk pindah ke startup lain yang menawarkan kesempatan untuk berkarya lebih baik. Jadi, ini tentang pengalaman saya bekerja 3 kali di startup, 1 kali di korporat.
Pengalaman saya di startup diawali setelah lulus STM, saya langsung bantu-bantu usaha rintisan saudara saya di luar pulau jawa, setelah 2 tahun lamanya, saya kembali ke Jawa dan berkarya di pusat pengembang permainan digital populer yang ada di Jogja selama 4 tahun lebih dikit, lanjut lagi ke startup yang berkembang pesat saat itu (bahkan sampai sekarang) selama 1 tahun lebih sedikit, dan sekarang berkarya di startup lain yang suasananya mirip-mirip dengan tempat sebelumnya.
1. Kamu lamar apa, kerjanya apa
Di usaha rintisan pertama, saya melamar jadi IT Support lalu setelah beberapa saat diminta pindah untuk mengurusi keuangan, jadi akuntan. Di usaha rintisan kedua, saya melamar jadi QA (Quality Assurance) karena pengalaman sebelumnya sebagai QA di sebuah perusahaan, setelah beberapa hari saya dipindahkan ke Frontend Engineer, lalu pindah lagi ke Android Engineer. Di usaha rintisan ketiga kali ini, saya melamar jadi Android Engineer, dan setelah beberapa saat diminta mengerjakan Frontend Engineer. Setidaknya, akan ada sedikit perbedaan saat kamu melamar dan memulai kerja, dan ini adalah hal yang biasa di sebuah startup.
2. Kamu terlihat keren
Kerja di startup itu lebih keren di mata teman-teman, dulu saya keren karena berani meninggalkan pulau untuk bekerja, sekarang saya masih terlihat keren karena berani kerja di startup
3. Akan ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan di lamunan
Berbeda dengan di korporat, pertanyaan yang sering terlintas tentang pekerjaan jauh lebih sedikit dibanding saat bekerja di startup. Pada saat saya di korporat, pertanyaan yang terlintas hanyalah tentang jenjang karir dan kapan naik gaji, ditambah berapa sisa jatah cuti dan kapan bisa nambah lagi. Di startup? Banyak. Misal
- Ini startup bakal bertahan lama gak?
- Kalau dananya abis, gimana?
- Kalau nanti udah punya valuasi gede, berubah jadi korporat gak?
- Kalau udah jadi korporat, budaya startupnya masih dijaga gak?
- Dapet makan siang gratis?
- Kapan kita karaoke?
Begitulah.
4. Di startup waktu kita yang atur sendiri
Gak semua startup begini sih, ada juga startup yang budaya korporat yang ada jam kerja dan gak bisa dinego. Jadi gini, beberapa startup punya pakem self-managed culture, budaya dimana setiap orang yang ada di dalamnya harus bisa ngatur diri sendiri, ngatur waktu kerja, ngatur ritme kerja, ngatur timeline kerjaan, ngatur laptop sendiri, jadi gak ada ketentuan kamu harus kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, kecuali ada waktu yang sudah disepakati untuk berkumpul, misal pas weekly meeting. Tapi, dengan fleksibilitas ini, tanggung jawab harus tetap dijaga, reputasi harus tetap dipegang teguh, jangan sampai pekerjaan yang ada keteteran karena kita terlalu leha-leha.
5. Agak susah buat tidur tenang
Startup pertama dan kedua saya agak begini, yang pertama paling parah, karena bukan startup digital, jadi kerjanya gak bisa diremote dari rumah. Karena tidak ada aturan jam kerja, kadang kita harus merelakan waktu istirahat karena ada emergency call, entah dari Lead atau Project Manager, kalau perlu Chief of Everything Officer yang langsung menghubungi kita pas di’luar jam kerja’. Semoga yang ketiga ini gak kebangetan kayak sebelumnya.
6. Kekeluargaan dan menyenangkan
Kalau biasanya ngantor itu pada diem-dieman, startup beda lagi, bisa jadi berisik, banyak bercandanya dibanding merengutnya. Semua ini disengaja untuk menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Karena mental yang baik akan menghasilkan produk yang baik, dan mental yang baik itu harus tetap ceria
7. Belajar… Belajar… dan BELAJAR
Di startup pertama, saya belajar mengelola keuangan, belajar komunikasi dengan perusahaan rekanan, belajar untuk ngobrol sama teller bank, di startup lainnya tentu saya belajar tentang teknologi informasi dan bagaimana saya bisa memrogram, selain belajar hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, kita juga bisa belajar hal lain di luar tema pekerjaan dan biasanya kita difasilitasi. Di korporat? Sayangnya saya hanya difasilitasi untuk belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan saja.
Begitu saja… Semoga tidak mencerahkan.
Comments